Bank DBS Indonesia mendorong ESG melalui spark savings | Asian Business Review
, Indonesia
1174 views

Bank DBS Indonesia mendorong ESG melalui spark savings

Rekening tabungan ini menawarkan bunga tahunan hingga 3,25%.

Bank DBS  Indonesia telah mengubah produk Green Savings menjadi Spark Savings, yang memungkinkan pemegang rekening menyumbangkan sebagian dari bunga yang mereka terima kepada mitra sosial.

“Fokus konsumen yang semakin besar terhadap keberlanjutan kini semakin memengaruhi strategi bisnis perusahaan,” kata Melfrida Gultom, Direktur Consumer Banking Group di DBS Bank Indonesia kepada Asian Banking & Finance melalui email.

“Kami melihat tren ini sebagai peluang untuk meningkatkan keterlibatan nasabah dalam inisiatif ESG (Environmental, Social, and Governance) kami,” tambahnya.

Ia mengatakan bahwa Spark Savings memungkinkan nasabah berpartisipasi dalam berbagai inisiatif keberlanjutan yang berfokus pada lingkungan, pendidikan, dan masyarakat, sejalan dengan meningkatnya kesadaran publik terhadap keuangan berkelanjutan.

Produk keuangan ini membuat proses donasi menjadi mudah hanya dengan menabung, memastikan transparansi melalui laporan kontribusi, serta memberikan akses yang mudah melalui cabang, mesin ATM, phone banking, atau aplikasi DBS.

Spark Savings menawarkan suku bunga tahunan hingga 3,25% dan laporan berkala tentang penyaluran dana kepada mitra sosial yang telah dikurasi, yang dikirimkan melalui email.

Spark Savings merupakan bagian dari upaya DBS Bank Indonesia untuk mengintegrasikan prinsip ESG dalam layanan perbankan, kata Mona Monika, Head of Group Strategic Marketing and Communications di DBS Bank Indonesia.

“Kami secara aktif mengedukasi nasabah mengenai pentingnya keberlanjutan melalui berbagai platform digital dan program literasi keuangan,” katanya. “Dengan cara ini, kami berharap nasabah tidak hanya memahami ESG, tetapi juga menerapkannya dalam pengambilan keputusan finansial mereka.”

Bagi nasabah korporat, DBS Bank Indonesia menawarkan pinjaman dan obligasi berprinsip keberlanjutan (sustainability-linked loans and bonds) untuk mendukung proyek-proyek energi yang lebih ramah lingkungan.
Bank tersebut menyatakan bahwa pembiayaan hijau dan sosial mereka telah mencapai lebih dari US$368 juta (Rp6 triliun) per November 2024.

Monika mengatakan bahwa DBS menerapkan manajemen risiko untuk memastikan setiap keputusan bisnis tetap menguntungkan tanpa mengorbankan aspek keberlanjutan.

“Adopsi teknologi juga menjadi bagian penting dari strategi ESG DBS, misalnya melalui aplikasi digibank by DBS, yang mengurangi ketergantungan pada kertas dan cabang fisik dalam transaksi perbankan,” tambahnya.

CPI kembangkan biomassa bambu ke proyek hybrid yang lebih besar

Warga lokal menggerakkan inisiatif energi terbarukan berbasis komunitas di Indonesia.

Bagaimana Jepang dapat menghidupkan kembali komitmennya pada energi terbarukan

Negara tersebut menghadapi tantangan dari sisi sistem maupun regulasi.

Kawasan Asia-Pasifik perlu selaraskan rencana energi dan pusat data

Akses terhadap energi terbarukan menjadi kunci bagi perluasan pasar.

KS Orka memperluas kapasitasnya melewati 200 MW lewat proyek Sorik Marapi

Ini menjadi tonggak penting bagi salah satu proyek listrik bersih terbesar di Indonesia.

APAC memimpin pertumbuhan energi nuklir

Ketegangan geopolitik dan harga bahan bakar fosil mendorong upaya diversifikasi.

Ciputra Mitra Hospital percepat penanganan jantung dan stroke

Begitu pasien tiba, kode jantung atau stroke langsung diaktifkan.

Peralihan China dari batu bara ke hidrogen terhambat oleh biaya tinggi dan keterbatasan infrastruktur.

Hidrogen hijau membutuhkan pasokan energi terbarukan yang besar dan penyimpanan yang mahal.

Indonesia hadapi kesenjangan dalam evakuasi medis udara

Flying Doctor Indonesia hanya mampu melayani kurang dari 12% dari sekitar 600 permintaan evakuasi tiap tahunnya.

Premi asuransi diperkirakan naik akibat aturan keamanan siber baru di Hong Kong

Perusahaan asuransi akan berperan lebih aktif dalam strategi keamanan siber nasabah sebelum terjadi pelanggaran.

Perusahaan asuransi mungkin perlu merekrut tenaga kerja secara jarak jauh untuk menutup kesenjangan talenta.

Permintaan terhadap aktuaris sangat tinggi, sementara bidang underwriting mengalami kekurangan tenaga ahli.