
Rumah tangga yang makin kecil memicu krisis perumahan di Asia-Pasifik
Pembangunan yang lebih cepat dan perluasan pasar sewa bisa menjadi solusi untuk masalah ini.
Pengembang swasta dan pemerintah di berbagai negara Asia-Pasifik tengah menghadapi tantangan besar dalam memenuhi permintaan perumahan. Penyebab utamanya adalah semakin banyak orang membentuk rumah tangga berukuran kecil, sehingga kebutuhan unit hunian meningkat meski pertumbuhan populasi melambat.
Kondisi ini memicu desakan untuk mempercepat pembangunan, menyederhanakan proses perizinan, serta memperluas pasar sewa.
“Bahkan jika populasi tidak bertambah cepat, kita tetap membutuhkan lebih banyak unit hunian untuk menampung semua orang,” ujar Mark Cooper, Senior Director of Thought Leadership di ULI Asia-Pacific, kepada Real Estate Asia melalui Zoom.
Studi terbaru ULI menunjukkan bahwa dari 51 segmen pasar di kawasan ini, hanya tujuh yang pada 2024 masih menawarkan hunian terjangkau—didefinisikan sebagai harga rumah maksimal lima kali lipat pendapatan median. Kota-kota dengan tingkat keterjangkauan relatif lebih baik antara lain Singapura, Melbourne, dan Kuala Lumpur.
Menurut Alan Cheong, Executive Director Research and Consultancy di Savills Singapore, ketersediaan pasokan perumahan publik yang melimpah menjadi kunci keterjangkauan harga rumah di Singapura. “Di negara-negara yang tidak menyediakan cukup perumahan publik pada masa awal pembangunan, meski kemudian pertumbuhan ekonomi pesat dan pendapatan ikut naik, harga rumah pribadi tetap lebih cepat melampaui pendapatan median rumah tangga,” jelasnya melalui email.
Cheong menambahkan, harga rumah cenderung mengikuti pendapatan kelompok berpenghasilan tinggi, sehingga rumah tangga berpenghasilan rendah semakin tersisih. Di Korea Selatan, misalnya, harga rumah masih terjangkau di kota-kota provinsi, tetapi tetap mahal di Seoul yang memiliki kepadatan penduduk 16.000 orang per kilometer persegi dan pasokan rumah publik terbatas.
Cooper menilai inovasi dalam teknik konstruksi bisa menjadi cara mempercepat pembangunan sekaligus menurunkan biaya. “Jika sebuah gedung bisa dibangun dalam separuh waktu, biayanya memang tidak otomatis setengahnya, tapi jelas akan lebih murah,” ujarnya.
Selain itu, proses perencanaan dan perizinan juga berperan besar. Penyederhanaan alur persetujuan dan pemangkasan waktu proyek dapat memangkas biaya secara signifikan.
Pasar sewa pun dinilai sebagai solusi potensial. Tidak seperti di negara-negara Barat, di mana investor institusi mengelola properti sewa multi-keluarga dalam skala besar dengan tarif yang wajar, kawasan Asia-Pasifik masih minim pasokan hunian sewa institusional.
“Memperkuat pasar multi-family di kawasan ini akan menjadi langkah krusial untuk mengatasi masalah keterjangkauan perumahan,” kata Cooper.