
APAC memimpin pertumbuhan energi nuklir
Ketegangan geopolitik dan harga bahan bakar fosil mendorong upaya diversifikasi.
Kawasan Asia-Pasifik memimpin pertumbuhan energi nuklir seiring negara-negara berupaya menyeimbangkan kebutuhan mendesak untuk dekarbonisasi sekaligus memastikan pasokan listrik berskala besar yang andal.
Menurut Market Research Future, Cina dan India menjadi pionir dalam pembangunan reaktor untuk memenuhi permintaan listrik yang meningkat sekaligus mencapai target iklim. Jepang juga sedang menghidupkan kembali reaktor dengan regulasi keselamatan yang ketat.
“Salah satu pendorong terkuat adalah dorongan global menuju energi bersih. Seiring percepatan adopsi energi terbarukan, semakin diakui bahwa nuklir dapat menyediakan daya dasar (baseload) kontinu dengan kapasitas tinggi yang dibutuhkan untuk melengkapi pembangkit surya dan angin yang bersifat intermittent,” kata perusahaan tersebut.
Permintaan juga didorong oleh kekhawatiran terkait keamanan energi. Ketegangan geopolitik dan volatilitas harga bahan bakar fosil mendorong negara-negara untuk mendiversifikasi campuran energi mereka, dengan energi nuklir muncul sebagai solusi strategis.
Terdapat kemajuan dalam desain reaktor seiring dukungan pemerintah membuka jalan bagi investasi baru. Beberapa teknologi nuklir terbaru adalah reaktor modular kecil yang cocok untuk daerah terpencil dan aplikasi industri. Terdapat juga reaktor Generasi IV untuk keselamatan lebih baik, limbah lebih sedikit, dan efisiensi bahan bakar yang lebih tinggi, sementara reaktor garam cair dan fast breeder sedang dikembangkan untuk memperpanjang siklus bahan bakar dan mengurangi limbah radioaktif.
Pasar energi nuklir diproyeksikan mencapai $341,15 miliar pada 2032.
“Dengan inovasi yang berkelanjutan, dukungan kebijakan yang kuat, dan adopsi regional yang berkembang, energi nuklir diposisikan untuk memainkan peran penting dalam memastikan keamanan energi sekaligus stabilitas iklim selama beberapa dekade mendatang,” kata Market Research Future.