Bagaimana embedded finance dan AI membentuk ulang sektor keuangan Malaysia | Asian Business Review
, Malaysia
1232 views
Dr. Chan-Cheong Siew, Group Chief Strategy & Transformation Officer, Maybank.

Bagaimana embedded finance dan AI membentuk ulang sektor keuangan Malaysia

Migrasi nilai ke pelaku non-bank dengan model yang “terfokus” semakin cepat.

Inovasi digital, embedded finance, AI, dan personalisasi adalah beberapa faktor yang akan membentuk industri keuangan dan asuransi Malaysia dalam waktu dekat, menurut para pemimpin pasar dan pakar yang berbicara dalam acara  Asian Banking & Finance and Insurance Asia Summit – Malaysia 2025.

Lebih dari 146 peserta menghadiri acara sehari penuh yang digelar pada 15 April di Kuala Lumpur Hotel & Convention Centre.

Mohd Prasad Hanif, Secretary General of the Association of Development Finance Institutions (ADFIM) membuka konferensi dengan membahas peran kunci Development Financial Institutions (DFI) di tengah kondisi ekonomi yang penuh gejolak.

DFI adalah lembaga keuangan khusus yang didirikan oleh pemerintah Malaysia untuk mengembangkan dan memajukan sektor-sektor utama yang dianggap strategis bagi tujuan pembangunan sosial ekonomi negara. Ini mencakup usaha kecil dan menengah (UKM) serta industri pertanian, di antaranya.

“Sebagian besar entitas komersial swasta akan enggan menyalurkan pinjaman [ke sektor-sektor ini], dan di sinilah peran DFI masuk,” kata Hanif.

DFI diharapkan menjalankan peran countercyclical, yakni menyalurkan pembiayaan ke segmen yang lebih berisiko saat terjadi perlambatan ekonomi, sementara bank tradisional justru cenderung lebih defensif.

Isaac Tan, partner di Boston Consulting Group (BCG), melanjutkan sesi dengan pembahasan mengenai layanan keuangan dalam dekade mendatang.

Tan mencatat sebagian besar modal yang dimiliki industri perbankan masih belum dihargai secara optimal. Meskipun valuasi bank secara rata-rata meningkat dalam beberapa tahun terakhir, kesenjangan antara pemain unggul dan tertinggal juga semakin melebar, katanya.

Tan menambahkan bahwa migrasi nilai ke pelaku keuangan non-bank dengan model yang “terfokus” yakni yang hanya berspesialisasi pada satu atau dua layanan seperti pembayaran, manajemen kekayaan, atau pengelolaan aset diperkirakan akan semakin cepat.

Bank pun semakin mencermati tren ini. Misalnya, di kawasan Asia Pasifik, sejumlah bank mulai memasuki pasar kredit swasta.

“Mereka berpartisipasi melalui joint venture, kemitraan,” kata Tan, seraya menambahkan bahwa bank hadir sebagai investor dan tidak selalu sebagai penyedia layanan.

Sesi pembukaan oleh Hanif dan Tan kemudian dilanjutkan dengan diskusi panel mengenai disrupsi langsung terhadap industri perbankan: perbankan digital. Moderator Ravi Kittane, partner di Ernst & Young Malaysia, memandu diskusi bersama perwakilan dari GXBank, Boost Bank, Aeon Bank, dan Ryt Bank untuk membahas inovasi yang dibawa oleh bank digital di Malaysia.

Keempat perwakilan bank digital menyatakan bahwa mereka berharap dapat terus memberikan nilai bagi nasabah perbankan Malaysia.

Salah satu nilai tersebut, kata Fozia Amanulla, CEO Boost Bank, adalah kemampuan untuk menghadirkan proposisi baru di pasar. Amanulla hadir bersama Pei Si Lai, CEO GXBank; Aizuddin Danian Izham Cheong, Chief Personal Banking Officer AEON Bank; dan Melvin Ooi, CEO Ryt Bank.

Pada sesi siang, Dr. Chan-Cheong Siew dari Maybank, selaku Group Chief Strategy & Transformation Officer, membagikan perjalanan transformasi digital bank tersebut selama tiga tahun terakhir.

Bank terbesar di Malaysia berdasarkan aset ini mempertanyakan bagaimana mereka dapat meningkatkan nilai bagi pemegang saham dan return on assets (ROA) di tengah dunia yang terus berubah yang penuh ketidakpastian dan berfokus pada digitalisasi.

“Intinya adalah: bagaimana kami dapat bertransformasi dari baik menjadi hebat dalam tiga tahun ke depan?” kata Chan kepada para peserta.

Jawabannya, lanjut Chan, terletak pada memastikan bahwa transformasi dilakukan secara menyeluruh di seluruh grup, bukan hanya untuk melayani segmen nasabah tertentu. “Transformasi tidak boleh hanya terfokus pada sekelompok kecil orang, melainkan harus mencakup seluruh organisasi, agar tidak ada yang tertinggal.”

Hasilnya, menurut Chan, pendapatan dan pangsa pasar Maybank meningkat. “Pada tahun pertama, kami melampaui target sebesar 80%, lalu pada tahun kedua, kami melampaui target akumulatif sebesar 117%,” kata Chan.

Menutup celah, menarik perhatian

Hazmi Yusof dari Frost & Sullivan Malaysia melanjutkan sesi setelah jeda dengan membahas megatren yang akan membentuk sektor bisnis hingga 2040.

Yusof, selaku Country Head Frost & Sullivan Malaysia, mencatat bahwa teknologi akan berkembang sedemikian rupa hingga mampu mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh penurunan populasi global.

“Pada 2040, teknologi akan berkembang untuk menyeimbangkan penurunan populasi di kawasan utama dunia seperti Asia, Amerika Latin, dan Eropa. Perdebatan imigrasi akan lebih berfokus pada pengungsi, sementara pekerja migran mungkin akan menghadapi lebih sedikit penolakan,” kata Yusof kepada para peserta.

Dari topik megatren bisnis, sesi dilanjutkan oleh Jeff Wee, Senior Solution Consultant Adobe, yang membahas penggunaan AI untuk menciptakan pengalaman nasabah yang lebih personal terutama di era ketika jenuh dengan pesan brand dan rentang perhatian nasabah semakin pendek.

Rentang perhatian rata-rata individu Gen Z kini hanya delapan detik, menjadikan personalisasi real-time 1:1 semakin penting bagi perusahaan.

AI generatif dapat membantu tim menghemat hingga 40% waktu yang dihabiskan dalam proses pemasaran mereka, menurut Wee.

Balaji Srinivasan, Executive Director Dreamfolks, memperluas diskusi mengenai layanan personalisasi, kali ini dengan fokus pada sistem tingkatan reward seperti pada produk kartu kredit.

Srinivasan, yang juga menjabat sebagai Chief Technology Officer Dreamfolks, menyoroti model berbasis insentif. Misalnya, dalam satu produk kartu kredit, operator dapat menawarkan proposisi nilai yang dipersonalisasi melalui tingkatan virtual yang dikaitkan dengan indikator kinerja produk seperti pengeluaran, penggunaan, dan keterlibatan, di antara lainnya.

Hazmi Yusof dari Frost & Sullivan kembali untuk memoderasi diskusi panel kedua, yang berfokus pada bagaimana membuka potensi pertumbuhan usaha kecil dan menengah (UKM) melalui keuangan dan asuransi digital.

Pallav Greg, Head of Business Banking di Standard Chartered; dan KC Wong, ASEAN Market Specialist dari Modefinance International & Senior Advisor, Asia Credit Reporting Network (ACRN), sama-sama menekankan bahwa embedded finance adalah kunci untuk mendukung hal ini.

Sebagai contoh, Greg mencatat bahwa kini layanan perbankan sudah tertanam langsung dalam aplikasi, siap memberikan pinjaman kepada nasabah di point of sale, tanpa perlu membuka aplikasi tambahan hanya untuk mengajukan pinjaman.

Tanvinder Singh, Direktur PwC Malaysia, membuka sesi sore dengan pembahasan mengenai membangun kepercayaan terhadap institusi keuangan.

Sin Ta Poon dari Datadog mengeksplorasi cara meningkatkan observabilitas dan keamanan institusi keuangan.

Sin, yang menjabat sebagai Enterprise Solution Engineer di Datadog, menekankan pentingnya memiliki satu platform terintegrasi untuk pemantauan, mengingat kompleksitas yang meningkat seiring semakin besarnya peran teknologi dalam mendorong hasil bisnis.

Tantangan dalam pemantauan antara lain jumlah endpoint yang terus bertambah, banyaknya data yang harus diproses, serta tim dan alat yang bekerja secara terpisah (silo).

Melanjutkan topik personalisasi dan inovasi, konferensi ditutup dengan diskusi panel mengenai batas baru dalam layanan keuangan. Laurent Doucet dari Roland Berger Asia memoderatori diskusi yang mendalami topik AI, data, dan sentrisitas nasabah.

Doucet didampingi oleh Prashant Lulla, Head of Customer Experience APAC di Zurich Insurance; Chris Eng, Chief Strategy Officer di Etiqa Insurance & Takaful; Rajesh Gupta, Regional Head of Affluent Product & Proposition di CIMB; dan Chun Nam Ng, Chief Financial Officer di Manulife Malaysia.

Mewaspadai potensi gejolak di perbankan dari SWF Indonesia

Sebuah "pagar institusional" seharusnya melindungi fungsi dasar perbankan dari dana tersebut.

Dear Me Beauty berencana membuka flagship store

Store ini dapat menjadi fondasi bagi pertumbuhan pasar yang lebih luas.

Superapp BCA dorong pertumbuhan transaksi digital

Transfer antar rekening menjadi layanan yang paling banyak digunakan, disusul oleh pembayaran virtual.

Erajaya Digital membuka toko elektronik terbesarnya

Cabang ini merupakan toko konsep ke-80 dari sekitar seribu cabang yang tersebar di seluruh Indonesia.

Prudential, StanChart memperkuat 25 Tahun kemitraan bancassurance

Mereka memiliki kemitraan bancassurance terlama di Singapura dan Asia.

MSIG Asia dan RiskPoint mempertaruhkan asuransi energi terbarukan

Kawasan Asia-Pasifik berpotensi menarik investasi sebesar $3 triliun dalam pembangkitan listrik hingga 2033.

Bank DBS Indonesia mendorong ESG melalui spark savings

Rekening tabungan ini menawarkan bunga tahunan hingga 3,25%.