Allianz Indonesia mengandalkan agen milenial dan digitalisasi untuk menjaring lebih banyak nasabah
Dari 40.000 agennya, 60% adalah generasi berikutnya—tenaga kerja yang lebih muda, paham teknologi, dan beragam.
Mulai dari produk Hospital Cash Plan atau santunan harian hingga tertanggung, hingga perlindungan jangka panjang, Allianz Indonesia menawarkan spektrum produk asuransi yang luas sehingga mereka berpikir keras panjang dalam menjangkau semua segmen nasabah dan memenuhi kebutuhan mereka. Dalam hal ini, kemudian muncul dua strategi: agen milenial dan digitalisasi.
“Pendistribusian produk asuransi melalui agen dinilai penting karena agen dapat menjelaskan secara komprehensif produk asuransi yang rumit,” kata Business Director Allianz Life Indonesia Bianto Surodjo kepada Insurance Asia.
Di sisi lain, digitalisasi memberikan kemudahan bagi semua segmen nasabah untuk mengakses kebijakan mereka. “Namun, ini lebih tepat diterapkan pada produk asuransi yang lebih sederhana seperti premi bulanan Rp500.000 ($33,19) untuk perlindungan kesehatan, atau Hospital Cash Plan yang sifatnya lebih mudah diakses secara digital,” kata Bianto.
Dia mengakui masyarakat Indonesia pada umumnya harus lebih banyak belajar tentang produk asuransi yang kompleks, sehingga akses digital terhadap informasi tersebut tidak akan cukup.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, dalam Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2022, indeks literasi keuangan di Indonesia sebesar 49,68% dan tingkat inklusi sebesar 85,10%. Terdapat kesenjangan sebesar 35,42% antara tingkat literasi dan inklusi keuangan di Indonesia.
“Kami memiliki misi untuk mengasuransikan sebanyak mungkin masyarakat Indonesia. Dan untuk itu, kami menyiapkan strategi-strategi ini,” katanya..
Saat ini, Allianz Indonesia melindungi lebih dari 13 juta tertanggung, angka itu meningkat signifikan dari 10 juta pemegang polis pada akhir 2020.
Agen milenial menarik nasabah seusia mereka
Dalam hal distribusi produk asuransi, Allianz Indonesia saat ini bekerja sama dengan 15 bank dan lebih dari 40.000 agen, dimana 60% di antaranya adalah agen generasi milenial dan Gen Z.
Distribusi melalui agen milenial dan gen Z memungkinkan perusahaan menjangkau nasabah muda dari kelompok usia yang sama. Langkah ini sangat penting, mengingat masyarakat dan pengeluaran Indonesia kini didominasi oleh generasi milenial dan Gen Z.
“Dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan, generasi milenial akan memiliki porsi belanja yang jauh lebih besar dari sekarang. Karena mereka produktif dan cukup mapan,” kata Bianto.
Kunci untuk menjangkau mereka adalah sesama milenial dan Gen Z. “Pengalaman kami nasabah milenial dan Gen Z tidak bisa diakses oleh agen dari generasi sebelumnya. Karena generasi milenial dan Gen Z lebih canggih, mereka lebih cepat memahami pergerakan dunia atau hal-hal yang dinamis,” katanya.
Digitalisasi, kunci sukses
Melengkapi dorongan dengan agen yang kompeten, Allianz Indonesia juga telah menerapkan inovasi digital di seluruh proses pra-penjualan, penjualan, dan pasca-penjualan dalam meningkatkan distribusi produk.
“Selama bertahun-tahun, kami telah menciptakan ekosistem layanan berbasis digital yang memenuhi kebutuhan nasabah, mulai dari proses pengajuan polis hingga klaim,” kata Bianto.
Allianz Indonesia memiliki alat penjualan digital seperti Allianz Discover; Allianz eAZy Connect yang memungkinkan nasabah mengakses seluruh informasi polis dan mengajukan klaim asuransi kesehatan melalui portal online; Allianz eAZy Payment untuk membayar premi secara online; dan OptimAll yang memungkinkan nasabah membeli asuransi kesehatan secara online melalui website resmi perusahaan.
“Semakin banyak masyarakat Indonesia yang mengakses teknologi seperti smartphone, ini menjadi peluang bagi kami untuk terus memberikan inovasi digital dan solusi perlindungan yang nyaman bagi nasabah,” kata dia..
Dia mengatakan layanan digital mereka terus menunjukkan peningkatan pengguna, dengan aplikasi polis online untuk asuransi jiwa terhitung hampir 100% dari total aplikasi. E-polis menyumbang 68% dari yang baru dikeluarkan oleh Allianz Life Indonesia; dan untuk klaim asuransi kesehatan online, lebih dari 63% telah diselesaikan dalam waktu 24 jam melalui sarana digital.
“Ini juga menjadi salah satu kunci sukses Allianz, dimana pangsa pasar kami meningkat atau annual premium equivalent (APE) di masa pandemi, dari 5,6% di 2019 menjadi 10,2% di 2022 dengan digitalisasi,” katanya menjelaskan.
Prospek yang cerah
Strategi-strategi utama ini diadopsi oleh Allianz Indonesia untuk menghadapi tantangan ekonomi di 2023.
Volatilitas selalu menggoncang industri asuransi dan tahun ini sudah cukup terasa, mulai dari ancaman resesi global, kenaikan inflasi di berbagai negara, kenaikan suku bunga The Fed yang agresif, kondisi geopolitik, hingga potensi perlambatan ekonomi. Kondisi tersebut cenderung membuat nasabah semakin memperhatikan pengeluaran mereka.
“Namun, kami optimistis terlebih melihat kondisi perekonomian Indonesia yang masih cukup kuat,” kata Bianto.
Di tengah tantangan perekonomian global, Kementerian Keuangan RI menyampaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih positif, sebesar 5%-5,3% tahun ini dan mengendalikan inflasi dengan terus mengantisipasi pergerakan harga komoditas dan ketersediaan pasokan BBM serta memastikan berfungsinya APBN.
Mengutip inflasi yang terkendali dan pertumbuhan ekonomi ke arah yang positif, Bianto mengatakan: “Kami tetap fokus memberikan perlindungan dan menjelaskan manfaat kepada masyarakat.”
Pandangan Allianz Indonesia tersebut sejalan dengan target OJK untuk pertumbuhan aset asuransi jiwa dan asuransi umum sebesar 5%-7%.