Landed house menawarkan solusi untuk backlog perumahan yang melanda generasi milenial | Asian Business Review
, Indonesia
622 views

Landed house menawarkan solusi untuk backlog perumahan yang melanda generasi milenial

Milenial di daerah perkotaan mengalami kekurangan hunian sebesar 79%.

Berbeda dengan negara-negara seperti Singapura, Cina, dan Amerika, di mana backlog perumahan hampir tidak ditemukan, Indonesia menghadapi kesenjangan yang tinggi antara rumah yang dibangun dan rumah yang dibutuhkan. Kekurangan ini sangat akut di kalangan populasi muda negara itu atau generasi milenial, yang merupakan pembeli properti generasi berikutnya, menurut CEO Lamudi.co.id Mart Polman. Untuk mengatasi masalah ini, pengembang kini berfokus pada pengembangan rumah yang memenuhi kebutuhan dan preferensi unik bagi  kaum milenial.

Meski suku bunga ditetapkan tinggi dengan Bank Indonesia yang mencapai 5,5%, Lamudi.co.id mengamati konsumen properti tetap tangguh. Pada  Desember 2022, pencarian properti online meningkat sebesar 9%, menunjukkan minat yang berkelanjutan terhadap properti di tengah iklim ekonomi yang menantang.

Polman mencatat bahwa pembeli properti generasi berikutnya adalah generasi milenial dan Gen-Z, yang merupakan 60% pencari properti di platform mereka.

“Dalam kelompok ini, landed house adalah target pencarian yang dominan, mencakup 76% pencarian pada periode antara Juni hingga Desember 2022,” kata Polman kepada Real Estate Asia.

Preferensi terhadap landed house ini didorong oleh keinginan generasi muda terhadap rumah yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka, seperti memiliki kawasan yang efektif dan efisien, serta terkoneksi dengan internet untuk memudahkan kemudahan tinggal bagi penghuninya.

Fokus pada landed house

Real Estate Indonesia (REI), organisasi yang mewakili pengembang, konsultan, dan agen properti di Indonesia, mengatakan pengembang saat ini fokus pada landed house. Sekitar 79% pengembangan properti di Indonesia saat ini terdiri dari rumah tapak dengan kisaran harga $19.134 (Rp300 juta) hingga $63.780 (Rp1 miliar). Hunian ini, meski relatif lebih kecil, namun efektif baik dari segi interior maupun fasilitas.

“Yang paling penting adalah bagaimana semuanya terkoneksi dengan internet. Apalagi jika semua elemen di dalam rumah, seperti perangkat elektronik, bisa dipesan melalui smartphone. Oleh karena itu, pangsa pasar properti saat ini yang 65% adalah kaum milenial,” kata Chairman REI Paulus Totok Lusida kepada Real Estate Asia.

Rumah dengan luas yang efektif dan efisien sangat cocok untuk karakter milenial yang sangat menyukai liburan dan traveling, apalagi mereka adalah bagian dari generasi yang tidak suka melakukan pekerjaan rumah tangga. “Kalaupun ada milenial yang suka merawat rumah, persentasenya sangat kecil, mungkin hanya 5%. Oleh karena itu, desain lebih penting daripada luas. Bisa dibilang mereka lebih suka tinggal di hotel," kata Totok.

Sementara itu, pengembang juga memberikan kemudahan dalam pembayaran. “Misalnya, kita perbolehkan mereka untuk membayar bunga dulu, misalnya untuk lima tahun pertama, baru setelah 10 tahun mereka bisa melunasi pokok. Dengan begitu, mereka merasa lebih ringan dari segi biaya,” kata dia menambahkan.

Hal ini merupakan bagian dari misi REI saat ini mengingat kondisi di Indonesia berbeda dengan tiap negara. Menurut Totok, backlog perumahan mencapai sekitar 12,7 juta, dimana 47% didominasi oleh penduduk usia muda.

Mengatasi backlog

Vice President Director Bank Tabungan Negara (BTN), Nixon L.P Napitupulu, menyoroti 5,8 juta generasi milenial saat ini tidak mampu memiliki rumah, dengan 79% kekurangan rumah dialami oleh generasi milenial yang berada di perkotaan.

Sebagai BUMN yang bergerak di bidang perbankan untuk mendukung pembiayaan sektor perumahan, BTN mengembangkan program kredit perumahan untuk memudahkan generasi milenial memiliki rumah pertama.

Nixon mengatakan, ada dua program yang saat ini menjadi unggulan BTN. Pertama, BTN memiliki program Graduated Payment Mortgage (GPM), sistem cicilan berjenjang melalui produk bernama “KPR BTN Gaess”. “Produk ini memang menyasar generasi milenial yang pembayaran cicilannya di beberapa tahun pertama lebih ringan,” kata Nixon.

Kedua, BTN juga meluncurkan “KPR Rent to Own” bagi segmen masyarakat yang belum bisa menyiapkan uang muka atau membeli rumah di lokasi yang dekat dengan tempat bekerja sehingga ragu untuk membeli rumah. “Dengan produk ini, masyarakat dapat membayar sewa setiap bulan sekaligus mengalokasikan sebagian tabungannya untuk pembelian rumah di masa depan,” kata Nixon.

Pada 2021, program KPR BTN Gaess menyalurkan hingga 203 unit rumah kepada generasi milenial. Sedangkan hingga Juni 2022, realisasi KPR BTN Gaess telah mencapai 946 unit dengan nilai lebih dari $24,66 juta (Rp382 miliar). Untuk produk KPR Sewa Milik yang baru dirilis pada kuartal III 2022, BTN menargetkan lebih dari 1.000 pendaftar pada tahun pertama produk ini diluncurkan.

MQDC melihat meningkatnya minat investor terhadap hunian mewah ramah lingkungan

The Forestias di Bangkok menghadirkan berbagai fasilitas dalam satu tata ruang terpusat.

Rumah tangga yang makin kecil memicu krisis perumahan di Asia-Pasifik

Pembangunan yang lebih cepat dan perluasan pasar sewa bisa menjadi solusi untuk masalah ini.

CPI kembangkan biomassa bambu ke proyek hybrid yang lebih besar

Warga lokal menggerakkan inisiatif energi terbarukan berbasis komunitas di Indonesia.

Bagaimana Jepang dapat menghidupkan kembali komitmennya pada energi terbarukan

Negara tersebut menghadapi tantangan dari sisi sistem maupun regulasi.

Kawasan Asia-Pasifik perlu selaraskan rencana energi dan pusat data

Akses terhadap energi terbarukan menjadi kunci bagi perluasan pasar.

KS Orka memperluas kapasitasnya melewati 200 MW lewat proyek Sorik Marapi

Ini menjadi tonggak penting bagi salah satu proyek listrik bersih terbesar di Indonesia.

APAC memimpin pertumbuhan energi nuklir

Ketegangan geopolitik dan harga bahan bakar fosil mendorong upaya diversifikasi.

Ciputra Mitra Hospital percepat penanganan jantung dan stroke

Begitu pasien tiba, kode jantung atau stroke langsung diaktifkan.

Peralihan China dari batu bara ke hidrogen terhambat oleh biaya tinggi dan keterbatasan infrastruktur.

Hidrogen hijau membutuhkan pasokan energi terbarukan yang besar dan penyimpanan yang mahal.

Indonesia hadapi kesenjangan dalam evakuasi medis udara

Flying Doctor Indonesia hanya mampu melayani kurang dari 12% dari sekitar 600 permintaan evakuasi tiap tahunnya.