Bank Mandiri membantu nasabah pantau emisi karbon pribadi | Asian Business Review
, Indonesia
967 views

Bank Mandiri membantu nasabah pantau emisi karbon pribadi

Bank terbesar di Indonesia berdasarkan aset itu ingin mendorong masyarakat menjadi pelopor keberlanjutan.

Bank Mandiri kini memungkinkan pengguna superapp Livin’ by Mandiri untuk menghitung jejak karbon dari aktivitas sehari-hari, seperti penggunaan listrik dan transportasi. Langkah ini dilakukan seiring dengan dorongan global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Fitur “Livin’ Planet” dalam aplikasi ini juga memberikan rekomendasi cara praktis untuk mengimbangi dampak lingkungan, seperti melalui program penanaman pohon.

“Melalui fitur ini, nasabah dapat secara mandiri mengukur dan memahami dampak aktivitas mereka terhadap lingkungan,” kata Darmawan Junaidi, Presiden Direktur Bank Mandiri, dalam pernyataan resminya.

Nasabah dapat berpartisipasi dalam program penanaman pohon yang dijalankan oleh Bank Mandiri di mana bank tersebut bekerja sama dengan Jejakin, mitra konservasi mereka. Dana untuk program ini berasal dari kontribusi pengguna aplikasi.

“Melalui aplikasi ini, nasabah bisa mengakses laporan yang memungkinkan mereka untuk memantau kontribusi mereka dalam program pelestarian lingkungan, sehingga keterlibatan mereka menjadi lebih transparan,” tambah Darmawan.

Darmawan menambahkan Bank Mandiri turut berperan sebagai penasihat ESG (lingkungan, sosial, dan tata kelola) bagi nasabah yang ingin bertransisi menuju ekonomi rendah karbon. Salah satu caranya adalah melalui fitur Livin’ Planet, serta melalui pembiayaan program berbasis iklim seperti proyek konservasi dan energi terbarukan.

Hingga September 2024, Bank Mandiri telah menyalurkan $17,7 miliar (Rp285 triliun) dalam bentuk pembiayaan berkelanjutan, dengan pendanaan hijau yang terus meningkat, ujar Darmawan.

Sebagai negara dengan hutan tropis terbesar ketiga di dunia dan ekosistem mangrove terluas mencapai lebih dari 3,36 juta hektare, Indonesia menjadi fokus utama dalam upaya global pengurangan emisi karbon.

Faktor ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan potensi solusi berbasis alam terbesar kedua di dunia, dengan kapasitas menyerap hingga 1,5 Gigaton (Gt) karbon dioksida per tahun.

Bank Mandiri berkomitmen mendukung peran strategis Indonesia dalam pengurangan emisi karbon. “Kami tidak hanya menyediakan pembiayaan, tetapi juga menjadi mitra transformasi bagi nasabah dalam transisi menuju praktik bisnis yang lebih berkelanjutan,” kata Darmawan.

“Impian besar kami adalah menjadikan nasabah sebagai ‘champion’ keberlanjutan, yang dapat memberikan dampak nyata bagi lingkungan, sekaligus memperoleh keunggulan kompetitif.”

KS Orka memperluas kapasitasnya melewati 200 MW lewat proyek Sorik Marapi

Ini menjadi tonggak penting bagi salah satu proyek listrik bersih terbesar di Indonesia.

MQDC melihat meningkatnya minat investor terhadap hunian mewah ramah lingkungan

The Forestias di Bangkok menghadirkan berbagai fasilitas dalam satu tata ruang terpusat.

Rumah tangga yang makin kecil memicu krisis perumahan di Asia-Pasifik

Pembangunan yang lebih cepat dan perluasan pasar sewa bisa menjadi solusi untuk masalah ini.

CPI kembangkan biomassa bambu ke proyek hybrid yang lebih besar

Warga lokal menggerakkan inisiatif energi terbarukan berbasis komunitas di Indonesia.

Bagaimana Jepang dapat menghidupkan kembali komitmennya pada energi terbarukan

Negara tersebut menghadapi tantangan dari sisi sistem maupun regulasi.

Kawasan Asia-Pasifik perlu selaraskan rencana energi dan pusat data

Akses terhadap energi terbarukan menjadi kunci bagi perluasan pasar.

APAC memimpin pertumbuhan energi nuklir

Ketegangan geopolitik dan harga bahan bakar fosil mendorong upaya diversifikasi.

Ciputra Mitra Hospital percepat penanganan jantung dan stroke

Begitu pasien tiba, kode jantung atau stroke langsung diaktifkan.

Peralihan China dari batu bara ke hidrogen terhambat oleh biaya tinggi dan keterbatasan infrastruktur.

Hidrogen hijau membutuhkan pasokan energi terbarukan yang besar dan penyimpanan yang mahal.

Indonesia hadapi kesenjangan dalam evakuasi medis udara

Flying Doctor Indonesia hanya mampu melayani kurang dari 12% dari sekitar 600 permintaan evakuasi tiap tahunnya.