C&W: permintaan ruang perkantoran di APAC diproyeksi tumbuh hingga 1,35 milliar sqm pada dekade mendatang | Asian Business Review
, APAC
852 views

C&W: permintaan ruang perkantoran di APAC diproyeksi tumbuh hingga 1,35 milliar sqm pada dekade mendatang

India bersebelahan dengan China dalam menjadi powerhouse di kawasan itu.

Akan ada lebih banyak ruang perkantoran yang dibutuhkan di Asia Pasifik selama sepuluh tahun ke depan dibandingkan dekade sebelumnya, meskipun muncul tantangan dari peraturan work from home, begitu prediksi CEO Cushman & Wakefield for Asia Pacific, Matthew Bouw.

Total 1,35 miliar kaki persegi ruang perkantoran diproyeksi akan dibutuhkan dalam dekade mendatang di seluruh kawasan Asia Pasifik, meningkat 66% dari 800 juta yang diserap oleh okupansi perusahaan selama dekade terakhir.

Angka ini terbilang fenomenal terutama jika melihat kawasan ini sedang aktif menggarap konstruksi gedung pencakar langit selama dekade terakhir. Pembangunan akan menjadi lebih aktif di masa mendatang.

“55% dari pembangunan perkantoran di seluruh dunia berada di Asia Pasifik dan konstruksi sudah berlangsung. Mulai sekarang hingga akhir 2024, kami mengantisipasi rata-rata 120 juta kaki persegi ruang perkantoran akan dibangun setiap tahun,” ungkap Bouw.

Demografi, ekonomi, dan faktor lainnya yang mempengaruhi sektor perkantoran juga akan mendorong aktivitas di semua kelas aset real estate pada dekade ini.

Secara global, 1,94 miliar kaki persegi perkantoran Grade A ditambahkan pada rentang 2010 dan 2020. Dari angka itu, APAC memiliki pangsa terbesar sebanyak 42%. Bouw mengatakan bahwa angka ini lebih besar dari Amerika dan Eropa.

“Semua tren di laporan Asia on the Rise kamipertumbuhan populasi, pertumbuhan PDB, konsumen kelas menengah, populasi usia kerja, pertumbuhan pekerja intelektualakan berdampak pada permintaan perkantoran. Dunia diperkirakan membutuhkan perkantoran seluas 2,1 miliar kaki persegi pada dekade ini dan dari jumlah itu, 65% akan berada di Asia Pasifik,” ujar Bouw.

Bouw mengungkapkan bahwa pertumbuhan sektor real estate di APAC hingga 2030 secara umum akan didorong oleh proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan tersebut.

“Jika berpikir tentang ekonomi dunia antara sekarang dan akhir dekade ini, itu akan tumbuh dari US$87 triliun menjadi sekitar US$114 triliun. Asia Pasifik akan memimpin pertumbuhan ini,” ujarnya.

“Asia Pasifik akan memimpin tidak hanya sebagai ekonomi regional terbesar di dunia, tetapi juga sebagai ekonomi regional dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Pada akhir dekade, pertumbuhan ekonomi Asia Pasifik sebagai kawasan akan mencapai 40% dari output PDB dunia,” tambahnya.

Tiga area utama di APAC memimpin pertumbuhan ini, yaitu China, India, dan kawasan Asia Tenggara atau ASEAN.

“Ekonomi China diprediksi tumbuh sekitar US$8 triliun pada akhir dekade ini. Proyeksi itu setara dengan 59% pertumbuhan ekonomi China, naik dari sekitar US$14 triliun menjadi US$22 triliun. Angka ini setara dengan akumulasi ekonomi Prancis tiga kali lipat,” ungkapnya.

Bouw menambahkan, “Berbeda dengan AS, ekonomi AS diperkirakan tumbuh 25% pada periode ini. Hasilnya, ekonomi China dengan cepat mengejar AS sebagai ekonomi terbesar di dunia.”

India terlihat akan membaik pada dekade berikutnya, bersama negara-negara ASEAN seperti Indonesia, Vietnam, dan Filipina.

“India saat ini menduduki peringkat ketujuh ekonomi terbesar di dunia. Pada akhir dekade, posisi ini akan naik menjadi ekonomi terbesar keempat, diperkirakan tumbuh sebesar 67%,” kata Bouw.

“Perekonomian terkuat ketiga adalah ASEAN yang terdiri dari 10 negara dengan ekonomi yang tumbuh pesat seperti Indonesia, Vietnam, dan Filipina. Blok ini memiliki total populasi 667 juta dan PDB-nya diperkirakan akan tumbuh sekitar 4,6% per tahun selama dekade ini,” tambahnya. “Angka ini terbilang impresif ketika membandingkan perkiraan pertumbuhan PDB tahunan untuk EMEA adalah 1,6% dan Amerika sebesar 2,1% untuk periode yang sama.”

India sebagai ‘the next big powerhouse’

Bouw menyoroti India sebagai salah satu negara menjanjikan yang berpotensi tumbuh pesat dalam dekade berikutnya. Sementara China masih akan memimpin, India diproyeksi menjadi penyumbang pertumbuhan terbesar ketiga di kawasan APAC, setelah China dan Jepang.

Raksasa real estate komersial Blackstone dapat dijadikan contoh dimana keberadaannya berpotensi membuat pasar real estate India akan tumbuh pesat, didukung oleh potensi permintaan yang kuat serta populasi yang besar dan relatif muda.

“Blackstone adalah salah satu pemilik terbesar ruang perkantoran Grade A di India, dengan perkiraan 125 juta kaki persegi. Hal ini adalah indikator utama yang baik dalam perkembangan ekonomi India,” katanya.

“Salah satu aspek yang membuat investor lebih percaya diri adalah mengenai perbaikan regulasi di India. Negara ini memberlakukan undang-undang kepailitan dan Real Estate Regulation Act (RERA) untuk membantu meregulasi real estate,” tambahnya.

Hanya dalam dua tahun terakhir, Bouw mengatakan bahwa investor global besar seperti Blackstone dan Brookfield telah memulai real estate investment trusts (REITs) pertama di pasar India. Hal ini menunjukkan bahwa India menjadi pasar real estate yang lebih matang.

“Statistik penting bagi investor adalah indeks kemudahan melakukan bisnis dan posisi India telah meningkat 79 peringkat selama 5 tahun terakhir,” katanya.

“Di sisi korporat, perusahaan seperti IBM dan Microsoft memiliki jejak besar di India yang mencakup global capability centersBPO, R&D, dan inovasi,” tambahnya.

Kelas menengah dorong pertumbuhan

Aktivitas real estate akan digerakkan oleh pertumbuhan kelas menengah di Asia Pasifik.

Saat ini ada 7,8 miliar orang di dunia, 3,7 miliar di antaranya tergolong kelas menengah dan 2 miliar atau 54% di antaranya berada di kawasan Asia. Berdasarkan perkiraan pertumbuhan kelas menengah, 89% akan datang dari wilayah ini. Dekade ini, 2020 hingga 2030, dunia akan menambah sekitar 1,67 miliar konsumen kelas menengah, di mana sekitar 1,5 miliar akan berada di Asia Pasifik.

“Jadi, apa artinya itu? Pada dasarnya, di semua kelas aset real estate, apakah itu perkantoran, ritel, industri, logistik, hotel, perumahan, kemungkinan akan terlihat pertumbuhan permintaan yang signifikan selama dekade ini,” pungkas Bouw.

Follow the links for more news on

BRI Life mengandalkan kanal bancassurance di tengah permintaan asuransi yang meningkat

Hingga November 2023, kanal bancassurance berkontribusi sebesar 81% dari total pendapatan premi BRI Life.

Allianz Syariah menawarkan asuransi Syariah untuk seluruh masyarakat Indonesia

Tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah yang masih rendah mendorong perusahaan menerapkan langkah jangka pendek dan panjang.

Aplikasi blu oleh Group BCA memperluas ekosistem digital melalui BaaS

Strategi tersebut telah berhasil meningkatkan transaksi dan membangun kepercayaan nasabah sebesar 53,4% sepanjang 2023.

RUU data kesehatan Singapura mewajibkan pengaturan pemberian informasi

Untuk memastikan pengungkapan dan pemberian data, Kementerian Kesehatan dapat memberlakukan denda hingga $1 juta atas ketidakpatuhan.

Asuransi melonjak berkat lonjakan wisatawan Hong Kong

CEO Jim Qin dari Zurich Insurance menyatakan tren liburan yang panjang pada warga Hong Kong di 2023, meningkatkan penjualan asuransi perjalanan.

Bank Tabungan Negara (BTN) bertekad meningkatkan pinjaman kepemilikan rumah syariah

Hingga November 2023, aset BTN Syariah telah mencapai Rp49 triliun.

IDCTA: Partisipasi global dapat meningkatkan penjualan kredit karbon Indonesia

Pasar karbon Indonesia yang baru dibuka memiliki sebanyak 71,95% kredit karbon yang belum terjual pada akhir 2023.

MST Golf mengubah lanskap ritel golf di Indonesia

Eksekutif ERAL percaya bahwa kemitraan ini akan mendorong gaya hidup bermain golf di seluruh Asia.